MENGENAL LEBIH DEKAT BAPAK PERS NASIONAL

Hari Pers Nasional resmi ditetapkan pada tanggal 9 Februari, yang mempunyai sebuah sejarah lahirnya Persatuan Wartawan Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden No. 5 Tahun 1985 yang menyatakan, “bahwa pers nasional Indonesia mempunyai sejarah perjuangan dan peranan penting dalam melaksanakan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila”.
Jika berbicara hari pers, maka kita tidak boleh melupakan akan sosok dibaliknya. Tirto Adi Suryo, dikenal sebagai Bapak Pers Nasional Indonesia, dengan nama lengkap Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo. Lahir di Blora pada tahun 1880, namun Tirto lebih lama tinggal di daerah Bandung, Jawa Barat. Tidak hanya sebagai bapak pers nasional, beliau tercatat sebagai pribumi pertama yang mendirikan dan mengelola lembaga pers pada tahun 1905.
Dikutip melalui laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tirto Adi Suryo adalah seorang yang memberi inspirasi bagi masyarakat yang bingung dan tidak memiliki pijakan visi yang luas, serta cenderung kacau. Tidak hanya sebagai jurnalis, beliau juga perumus gagasan dan pengarang karya-karya non-fiksi. Atas hasil karya dan perjuangan beliau dalam dunia jurnalistik Indonesia, Tirto Adi Suryo kemudian ditetapkan sebagai Bapak Pers Nasional oleh Dewan Pers Republik Indonesia pada tahun 1973. Lalu pada 10 November 2016, ia telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Karir pertamanya dalam bidang jurnalistik, yaitu saat ia memimpin Soenda Berita, yang merupakan surat kabarnya sendiri pada tahun 1903–1905. Perlu diketahui, Soenda Berita merupakan surat kabar pertama yang dikelola langsung oleh pribumi. Ia kemudian mendirikan surat kabar mingguan “Medan Priyayi” pada tahun 1909.
Berikut ini adalah jasa-jasa bapak Tirto Adi Suryo
1. Mendirikan koran nasional pertama di Indonesia. Di era modern seperti sekarang, kita mungkin akan mudah mendapatkan koran dari berbagai daerah di Indonesia. Setelah keluar dari Intansi Pendidikan ia mendirikan beberapa koran di Bandung seperti Soenda Berita di tahun 1903–1905, Medan Prijaji tahun 1907, dan Putri Hindia di tahun 1908.
2. Menyebarkan propaganda melalui pena. Melalui tulisan-tulisannya, ia menyuarakan banyak sekali permasalahan rakyat. Akibatnya percekcokan kerap terjadi dan sempat membuat Tirto Adi Suryo dibuang selama 2 bulan ke Lampung.
3. Seorang organisatoris yang handal. Bersamaan dengan berdirinya Medan Prijaji yang menjadi koran nasional pertama Indonesia. Tirto Adi Suryo juga mendirikan sebuah organisasi Sarekat Dagang Islam di Surakarta dengan Haji Samanhudi. Organisasi ini bergerak di biang perdagangan terutama pedagang-pedagang muslim yang ada di Indonesia untuk mampu bersaing dengan pedagang yang berasal dari kaum Tionghoa.
4. Sebuah keberanian yang dimilikinya melalui kritik-kritik yang di sampaikan oleh Tirto Adi Suryo, sehingga beliau diasingkan ke kawasan Pulau Bacan, Halmahera selama 6 bulan. Setelah menjalani hukuman pengasingan ini keadaan fisik dari menurun dan membuat ia meninggal dunia pada 7 Desember 1918.
Karya: Setting
Editor: PoV