BEBAN UKT
BEBAN UKT
Ilustrasi
Aku Ayu Mahasiswi 3 di salah satu Universitas Negeri Indonesia Jurusan Ilmu Komunikasi. 1 semester belakangan ini aku kuliah melalui daring karena pandemi COVID-19 yang meraja lela di Indonesia. Selama menjalani kuliah Online aku kurang bisa mendapatkan apa yang di ajarkan oleh Dosen ku, tetapi mau tak mau, aku harus paham pelajaran yang diberikan dosenku karena orang tua ku banting tulang untuk membayar uang UKT dan keperluan lain untukku beserta adikku yang masih kelas 10 SMA. Aku juga bukan di keluarga berada, ayah ku hanya karyawan swasta yang bekerja di salah satu perusahaan yang gajinya dipotong 70% karena pandemi ini dan ibu ku juga hanya pembuat kue yang hanya membuat kue ketika ada yang memesan. Maka dari itu, mereka adalah motivasiku untuk terus belajar, tak pantang menyerah, dan selalu bersyukur dengan apa yang aku miliki sekarang.
“Yu?” panggil ibuku yang membuat lamunanku buyar.
“Iya Bu? Ada apa?” jawabku dengan pelahan, “ibu ada pesanan kue nih, bantu ibu yuk!” dengan senang hati aku tersenyum kearah ibuku yang mengartikan dengan senang hati membantu.
—–
Keesokan harinya, pemberitahuan pembayaran UKT pun terdengar di kuping para Mahasiswa yang salah satu nya adalah aku. Aku langsung berpikir, apakah ayah ada uang untuk membayar UKT? kemarin saja aku mendengar orang tuaku kekurangan uang untuk makan sehari – hari. UAS di semester 3 ini saja belum juga selesai, tetapi mengapa pihak kampus sudah menagih UKT yang jumlah nya tidak sedikit bagi orang yang ekonomi nya menjadi turun dampak COVID-19 ini seperti keluargaku.
Aku mendengar dari teman – temanku juga jika mereka sangat resah dengan tagihan UKT ini, belum ada kebijakan dari pihak kampus seperti potongan UKT atau banding. Mungkin para orang tua teman – temanku juga resah akan kebijakan ini, sama hal nya seperti ayah dah ibuku sekarang. Kami sedang berkumpul diruang keluarga memikirkan jalan keluar untuk melunasi UKT ini.
“Jadi gini aja Yu, Ayah masih belum ada uang untuk membayar UKT kuliah kamu kalau sekarang ini, tetapi Insya Allah ayah usahakan untuk bisa membayarnya. Kamu fokus kuliah aja jangan hiraukan bayaran kamu ini ya, biar ayah dan ibu yg urus. Kamu kerjain tugas dan berdo’a kepada Allah biar ayah dilancarin Rezeki nya untuk anak – anak ayah.” Ucap ayahku dengan bijak sambal mengelus kepalaku.
“iya ayah. Aku selalu sholat malam dan berdo’a untuk kelancaran rezeki untuk ayah dan ibu.
Oh ya, aku kan besok selesai UAS nih. Bagaimana jika aku kerja untuk membantu ayah dan ibu?” tanya ku dengan mata yang berbinar.
Ayah langsung menggeleng tegas, “jangan. Ayah masih mampu kok Nak. Kan sudah Ayah bilang kamu fokus sama kuliah kamu aja.” Dan ya aku yang hanya bisa menuruti apa kata Ayahku ya aku lakukan.
Aku segera ke kamar dan mengerjakan UAS ku yang aku tunda tadi. Setelah itu, aku langsung membuka Instagram dan langsung terlihat unggahan akun official kampus tentang pembayaran UKT tersebut, aku lihat kurang lebih 950 komentar yang tertera di layer ponselku.
Banyak sekali kontra yang dituturkan oleh para mahasiswa, contoh nya seperti meminta kebijakan untuk beban UKT ini, banyak yg mengeluh dengan ekonomi keluarga yang tumbang karena COVID-19 ini, dan tidak merasakan fasilitas yang ada di kampus tetapi UKT tetap aja tidak ada potongan sama sekali.
Aku menghembuskan nafas bernada pasrah, ternyata bukan aku saja yang mengeluh akan beban UKT ini. Ternyata mahasiswa lain juga mengeluh. Tapi benar kata ayah jika kita meminta kepada Allah dengan cara berdo’a dan berusaha, Insya Allah Allah akan memberikan kelancaran. Suara Adzan Dzuhur pun berkumandang dan aku langsung bergegas ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan melakukan kewajibanku sebagai umat muslim.
———-
Beberapa hari kemudian setelah pemberitahuan pembayaran UKT tepatnya hari ini aku akan kekampus karena ada beberapa hal yang harus aku lakukan dikampus bersama temanku. Ketika aku berjalan dikampus ada beberapa mahasiswa sedang berdemo didepan gadung rektor dengan banner yang bertuliskan “TURUNKAN UKT KAMI!” “DIMANA BEBIJAKAN DARI KALIAN?’
Mereka sangat berani untuk birokasi akan hal Beban UKT ini, aku sangat setuju mereka berdemo meminta kebijakan yang harus di lakukan oleh pihak kampus. Mereka mewakili aku dan seluruh para Mahasiwa yang keberatan akan UKT yang tidak ada potongan atau kebijakan lainnya. Semoga apa yang mereka lakukan tidak sia – sia, semoga pihak kampus mendengar aspirasi para mahasiwa.
“Ayu? Kok bengong? Hayuk atuh lanjut jalan.” Ucap temanku sambal menepuk pundakku, aku langsung meringis dan mengangguk.
Setelah pulang dari kampus, notifikasi grup kelasku sangat ribut aku penasaran ada apa sehingga rebut seperti ini. Aku langsung bergegas mengambil ponsel yang ada di dalam tas. Ternyata pihak kampus dan kemenag memberikan kebijakan berkait beban UKT ini. Ternyata mereka memberikan kebijakan dengan cara memberikan potongan UKT sebesar 50% kepada seluruh mahasiswa kampus dengan beberapa persyaratan. Aku langsung bernafas lega ternyata pihak kampus sangat mendengarkan masiswa yang yang ekonomi nya terdampak oleh COVID-19 ini.
“Ayu! Sini Nak” panggil ayah ku dari luar, aku langsung berjalan menghampiri ayah. “alhamdulillah Nak, ayah ibu mendapat rezeki untuk membayar UKT kamu.” Ucap ayah dengan tersenyum kearahku.
“Ayah Ibu, Alhamulillah UKT aku bisa di potong 50% dengan cara mengurus beberapa persyaratan lewat online. Aku sangat senang dengan kebijakan kampus ini, ternyata banyak sekali mahasiwa lain yang terdampak ekonomi nya di COVID-19 ini. Kemarin aku melihat beberapa dari mereka berdemo Yah Bu. Dan alhamdulillah usaha mereka tak sia – sia aspirasi mereka di dengarkan oleh kampus.” Ucapku dengan sungguh – sungguh.
“nilai ku juga sudah keluar, aku bersyukur banget IP di semester ini naik dibanding semester lalu. Terima kasih ya Ayah Ibu sudah memberi dukungan untuk semangat belajar, mengingatkan bersyukur kepada Allah. Berkat bantuan do’a dan motivasi dari Ayah Ibu aku bisa mendapatkan IP yang memuaskan ini.” Tuturku sambal memeluk orang tua ku.
“iya Nak sama – sama, semangat terus belajarnya hingga menjadi orang sukses.” Kata ibuku dengan tersenyum manis.
Benar kata ayah denga nada nya do’a dan berusaha segala sesuatu Insya Allah akan tercapai, memang orang tua ini sangat berpengaruh dikehidupanku. Motivasi dari mereka sangat membuat diriku ini menjadi taambah semangat untuk menjadi orang sukses. Beban UKT yang aku dan teman mahasiswa lainnya resahkan juga alhamdulillah sudah terbayar, dan aku sekarang sedang libur kuliah nambah rajin membantu ibu membuat kue. Belakangan ini juga pesanan kue lumayah banyak dan gaji Ayah pun pelan – pelan naik menjadi 50%.
Kalian yang membaca ini semangat kuliah nya jangan lupa untuk berdoa’a, bersyukur, dan berusaha karena tanpa ada nya itu kalian akan sia – sia, rezeki sudah ada yang mengatur jadi jangan cepat menyerah. Orang tua banting tulang untuk mencari nafkah untuk membiayai kehidupan dan Pendidikan kita, jadi usahakan untuk kebahagiaan mereka dengan kerja keras, usaha, dan ketekunan untuk belajar agar mendapat prestasi yang memuaskan. Jangan kecewakan orang tua dengan hal yang tidak penting dikehidupan kalian, jadi tetap semangat masa depan yang cerah sudah menunggu jangan sia – sia kan waktu mudamu
Karya: Nanda